Jadul Semua
Aku merasa perlu memposting semua tulisan-tulisan jadulku disini, kalau suatu saat file-file ku hilang atau dimakan virus aku masih punya back up nya. Walaupun tulisan-tulisanku ini nggak terlalu penting, tapi setidaknya berguna buat penghilang jenuh di kala bosan dan memutar kenangan-kenangan lama ^_^
“Aku (Juga) Manusia Istimewa”
Pernah nggak sih kamu merasa
keciiiiilll banget (red:gak ada apa-apanya) jika dibandingkan dengan temanmu
sendiri, dalam masalah prestasi misalnya? Jujur, aku malah sering banget. Hehehe…
(tersenyum miris)
Yah! Ini salah satu cerita yang bikin aku kembali dejavu
soal “merasa tidak berarti”.
Organisasi induk wanita di tempat
kuliahku lagi repot-repotnya, coz Sabtu ini pemilihan ketua baru periode
2011-2012 akan dihajat. Nah, yang maju sebagai kandidat ketua itu adalah teman-teman
seperjuanganku juga, salah satunya malah teman sekamarku waktu masih tingkat
satu dulu. Temanku ini dari pertama kenal aku dah tau kalo doi punya” segudang”
prestasi dan jiwa kompetisi yang tinggi. Saat itu aku merasa ada yang berbeda
di perasaanku ketika ia menceritakan pengalaman-pengalaman prestasinya yang
bejibun itu. Ada rasa manis, karena kurasa ia memang pantas mendapatkannya
setelah melalui perjuangan yang hebat, juga takjub dengan talentanya
(ilustrasinya: pas dia lagi cerita kusumpal mulutku dengan setoples gula,
manisss banget!!!). Terus ada rasa asin, coz ceritanya sering diputar ulang,
padahal aku orangnya paling ogah dengar cerita berulang dan paling senang
menyiarkan ulang ceritaku pada orang lain (ilustrasinya: ia terus bercerita sampai
mulutnya berbusa, sementara aku terduduk
lesu dan menatap mulutnya yang terus komat-kamit sambil membayangkan kalau air
liurnya itu udah asin kebanyakan ngomong, ah.. padahal air liurku lebih pahit
lagi karena belum kebagian jatah membual”). Dan juga rasa pahit, kenapa? Ya!
Kenapa aku nggak bisa sehebat dia? Bukannya kami sama-sama makan nasi?
Tadi malam ia datang ke kamarku -(kami
sepakat pisah kamar sejak setahun yang lalu)- untuk kampanye dan memohon doa
restu dan dukunganku untuknya (duh, tiba-tiba aku merasa dipentingin banget).
Selanjutnya ia menyerahkan selembar kertas berwarna kuning berisi hikayat
hidup, visi+misi, pengalaman berorganisasi, dan tak ketinggalan itu lho………list
panjang prestasinya! Walaupun udah tahu sebelumnya tapi tetap saja aku merasa
semakin kecil mengeja daftar kehebatannya itu. Kubaca terus dari nomor 1 sampai
nomor 32. Tak bisa kuhindari rasa nano-nano itu muncul lagi yang kali ini
terpaksa kutelan bulat-bulat! 10 detik kemudian aku pontang-panting mencari
tiang sapu untuk menggotong “permen nano-nano” yang mogok di tenggorokan.
Pada malam ini seseorang datang
lagi mengetuk pintu kamarku, ternyata ia adalah adek kelas yang jadi timses
calon lain, yang juga teman sekelasku. Ya, calonnya ada dua. Satu mantan teman
sekamar dan satunya lagi teman sekelas. Si timses ini juga menyerahkan selembar
kertas HVS warna hijau, kebetulan juga salah satu warna kesukaanku, karena aku
suka warnanya sempat aku memutuskan untuk milih dia saja, hehehe….maklum masih
labil!
Sedikit kuberitahu kamu, kawan,
kalau calon yang satu ini tak kalah hebatnya dengan calon yang kusebutkan
pertama. Intelektualnya nggak usah diragukan lagi, dia bisa meraih mumtaz dalam
waktu belajar yang sangat mepet. Seorang Aktivis yang tiada kenal lelah.
Organisatoris yang handal-lah pokoknya!
Di kertas ijo-ijo-nya ia
menuliskan seperti apa yang dituangkan calon pertama di kertas kuningnya, tak
ketinggalan pula ia memaparkan riwayat kehebatannya. Ada satu nomor yang bikin
aku “iri tapi tak sirik” yakni ia pernah menjuarai lomba menulis cerpen.
Padahal aku yang ngaku-ngaku pengen jadi penulis malah belum pernah menang
lomba menulis, pernah sih menang tapi lombanya dengan si Rigab dan Zaini, dua
bocah menggemaskan yang baru berumur setahun. Hiks! Sedih…..karena tiba-tiba
aku merasa semakin kecil saja, lama-lama aku tak bisa lagi melihat diriku. Hidup
dalam bayang-bayang orang lain sungguh tidak menyenangkan!
Walau sempat minder dan berkecil
hati dengan kemampuan diri tapi segera kuyakinkan diriku, lebih tepatnya
menghibur diri bahwasanya setiap manusia itu ada kelebihannya masing-masing.
So, aku tak perlu meratapi terus nasibku yang tidak bisa seperti meraka, karena
aku adalah aku, dan mereka adalah mereka. Mereka takkan pernah jadi aku, dan
aku juga takkan bisa jadi mereka. Aku
segera mengingat-ingat apa saja kelebihan dan prestasiku yang bisa dibanggakan,
dan ini dia hasilnya! :
1. Juara 1 minum kopi tk. Nasional .
2. Juara 1 can…tooth tk. Internasional.
3. Juara 2 tidur di kelas semasa sekolah Aliyah, karena ranking
satunya digondol temanku, si Nita.
4. Juara 1 download game di hp, sampe pulsa hapenya kesedot semua.
5. Juara 1 lomba tidur paling lama
6. Juara harapan 3 ngupil tk. Nasional, coz yang ini saingannya
banyak dan tangguh-tangguh.
7. Juara 1 mencari tahdidan muqorror kuliah menjelang ujian.
Akhirnya aku berasa sedikit lega
setelah menemukan kepandaian-kepandaianku ini, yang selama ini aku tak
menyadarinya, biarpun agak-agak sedikit absurd, sih. Akupun mulai berfikir
untuk lebih menggali potensi diri. Potensi itu ibarat mutiara dalam lumpur,
kita harus mencari dan mengasahnya agar semakin mengkilap. Setiap individu
punya potensi untuk jadi orang yang istimewa dan sukses, hanya saja kadang kita
perlu banyak waktu untuk menyadarinya. Hal pertama yang harus kita lakukan
adalah mempelajari diri sendiri. Walaupun akhirnya kita menemukan banyak
kekurangan, tapi percayalah di balik kekurangan itu Allah sudah menyiapkan
suatu kelebihan yang lebih besar. Jadi pertanyaannya sekarang, sudah siapkah
kita untuk menggali potensi diri dan mengembangkannya???
Cairo,
12 Mei 2011
Komentar
Posting Komentar